Sang Guru,PGRI Cenrana

Selasa, 14 Juni 2011

Profesi Guru Masih Terpinggirkan

SEMARANG- Guru di Indonesia masih menjadi sebuah profesi yang termarginalkan. Pemerintah harus berupaya memperbaiki kondisi ini, antara lain dengan memperbaiki kesejahteraannya.
Persoalan yang menyangkut profesi guru, Sabtu (22/10), mengemuka dalam dialog ''Sahur.....Obrolan Ramadan'' di Hotel Ciputra Semarang. Ketua Persatuan Guru Indonesia (PGRI) Jateng Drs Sudharto MA yang saat itu menjadi narasumber berpendapat, bangsa Indonesia harus memperbaiki guru. ''Apakah orang yang menjadi guru masa depannya akan terjamin. Ataukah seperti sekarang, tetap menjadi profesi yang termarginalkan,'' kata dia.
Menurutnya, pemerintah saat ini belum menghargai guru. Hal ini antara lain dapat dilihat dari kesejahteraan guru yang minim. Dia menyebut contoh, ada guru yang honornya hanya Rp 450.000 sebulan. Selain itu, ada pula guru taman kanak-kanak yang honornya hanya Rp 100.000 sebulan. Padahal, mereka setiap hari dituntut untuk tampil ceria. ''Bagaimana bisa tampil ceria dengan honor sebesar itu,'' kata dia.
Acara ''Sahur....... Obrolan Ramadan'' disiarkan secara langsung Radio Smart FM dari lobi Hotel Ciputra Semarang, kerja sama hotel tersebut dengan Suara Merdeka, Radio Smart FM, dan didukung Djarum Super, Matrix dari Indosat, dan Indomie dari Indofood.
Beberapa pendengar pagi itu juga memberikan tanggapan melalui telepon di nomor (024) 8449511 atau SMS di 085526 55934. Penelepon antara lain Hartono dari Pucanggading. Dia meminta PGRI melakukan peran nyata dalam memajukan profesi guru. Menurutnya, PGRI mengemban tiga fungsi, yakni law advocator, social mediator, dan science reflektor. Dalam rangka melaksanakan fungsi law advocator dan social mediator, organisasi tersebut perlu membuat media komunikasi yang informasinya dapat diakses oleh publik.
Minat Baca Rendah
Kedua pertanyaan itu pun langsung dijawab Sudharto. Dia mengatakan, PGRI sebenarnya sudah memiliki media yang bernama Derap Guru Jateng. Media ini sudah memiliki nomor ISSN, sehingga jika tulisannya dimuat, seorang guru bisa memperoleh angka kredit untuk kenaikan pangkat. Namun dia juga menyayangkan minat baca guru yang masih rendah. Hal itulah yang membuat media ini sulit berkembang.
Dia mengakui ada yang mengatakan isi media ini kurang menarik. Namun dia menandaskan, Derap Guru Jateng yang tirasnya 18.000 eksemplar itu media organisasi. ''Saya kira masalahnya semangat untuk membaca.'' (G6-37t) 
http://www.suaramerdeka.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar